UIN MALANG-Sebagai penggiat penanganan kekerasan seksual (KS), Hikmah Bafaqih menyatakan bahwa isu-isu KS bisa terjadi di lingkungan manapun. Baik itu lingkungan keluarga, pondok pesantren yang notabene sebagai tempat belajar ilmu agama, juga di lingkungan kampus. "Siapa saja bisa jadi korban KS," katanya menekankan.
Kasus kekerasan seksual yang selama ini ia dan timnya tangani juga banyak yang dari lingkungan keluarga. Hal ini tentu membutuhkan pendampingan yang lebih intens karena penyintas dan pelaku ada di lingkungan yang sama. Healing proses pun memakan waktu yang lebih lama, termasuk proses konseling ke Psikiater.
Wakil Ketua Komisi E DPRD Jawa Timur ini juga berbagi mengenai KS di lingkungan pendidikan seperti universitas. Tak hanya terjadi antara dosen-mahasiswa, nyatanya hubungan sesama mahasiswa lebih rentan akan KS.Ini biasanya berawal dari toxic relationship, atau pola hubungan yang tidak sehat. "Menurut survey, pacar adalah pelaku KS tertinggi di Indonesia," jelas Hikmah.
Hubungan mahasiswa-mahasiswi sebelum menikah ini biasanya dinilai berlebihan. Menurut Founder Koppatara ini, pasangan muda itu sering melanggar batasan yang berlaku di masyarakat. "Keberanian mereka melanggar norma sosial dan agama menjadi penyebab utama kekerasan seksual di kalangan anak muda ini," papar Hikmah di depan peserta Sosialisasi SK Rektor tentang Kekerasan Seksual (KS), Jumat (29/7), yang digagas oleh Pusat Studi Gender dan Anak UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. (nd)