Pada kesempatan ini, Arif begitu sapaan akrabnya ini masuk sebagai panelis di pararell session 7 yang mengusung tema "Pesantren- Based Madrasah a New Paradigm In Islamic Education". Sedangkan tiga panelis lainnya yang berada dalam satu panel diskusinya berasal dari IAIN Kudus dan pascasarjana UIN Walisongo, Semarang.
Kemudian, soal isu utama yang diangkat dalam diskusinya adalah penggabungan madrasah dan pesantren, menjadi Madrasah Pesantren, baik dengan integrasi sistem, kolaborasi dan adopsi nilai-nilai pesantren dalam pendidikan di madrasah, sehingga lembaga tersebut dapat mendekati kesempurnaan, karena menggabungkan modernisasi administrasi, pendidikan nasional, dengan tradisi keilmuan Islam pesantren yang telah menjadi sejarah dalam budaya Islam di Indonesia.
Lanjut, untuk mendapatkan hasil dari apa yang dibahas, panelis menggunakan lokasi dari berbagai jenjang pendidikan madrasah mulai dari MI, MTs, hingga MA sebagai bagian dari alat analisis fenomena yang diamati, seperti menemukan bentuk-bentuk keterpaduan dalam bidang akademik keilmuan dalam satu paket pengelolaan madrasah dan ponpes, seperti peningkatan bahasa asing dan pengembangan multiple intelligences, bentuk kerjasama madrasah dengan lingkungan madrasah dan penerapan manajemen segregasi sebagai sistem di ponpes hingga adopsi ponpes nilai-nilai agama ala sekolah dalam pendidikan madrasah.
Melalui penguatan budaya Islam berdasarkan sistem nilai pesantren, madrasah berbasis pesantren akan berhasil mengembangkan pendidikan yang tidak berhenti pada didaktik formal, tetapi juga membentuk budaya Islam yang mampu menghasilkan umat Islam yang berkualitas, baik secara intelektual maupun spiritual. Terakhir, sebagai bagian dari upaya ilmiah, artikel-artikel yang dibahas dalam panel ini akan dipublikasikan dalam jurnal ilmiah baik di tingkat nasional maupun internasional.(ptt)