HUMAS UIN MALANG-Memasuki hari ke tiga pelatihan penguatan moderasi beragama bagi para dosen di UIN Maliki Malang peserta diminta kembali melakukan identifikasi dalil-dalil yang digunakan oleh golongan kelompok moderat dan non moderat atau ekstrimisme, Sabtu, (10/12).
Peserta kembali dibagi menjadi empat kelompok untuk melakukan identifikasi ayat-ayat yang termaktub dalam Al Quran. Jamilah, MA salah satu trainer penguatan moderasi saat diwawancarai di tengah berlangsungnya kegiatan menjelaskan bahwa peserta di hari ketiga ini diminta untuk mempertajam kembali untuk mengidentifikasi hingga menganalisis dalil-dalil yang digunakan oleh kelompok ekstrimis. "Dalil-dalil yang dipilih oleh masing-masing kelompok dijadikan bahan untuk mempertajam analisisnya dan sebagai bahan diskusi antar kelompok," tegasnya.
Seorang pelopor maupun penggerak moderasi harus memahami dasar dalil yang digunakan sebagai acuan yang kerap kali dijadikan alat untuk 'mencuci otak' masyarakat yang awam. Untuk itu, perlu adanya pengelompokan gerakannya dan nilai-nilai teologis apa saja yang digunakan oleh kelompok garis keras tersebut. "Satu ayat saja, bisa memiliki interpretasi atau penafsiran yang berbeda," terangnya.
Masih kata Ibu Jamilah, kelompok garis keras tekstual biasanya memahami Al-Qur'an tidak menggunakan takwil, asbabun nuzul ayat serta tidak memahaminya secara kontekstual. Mereka memahami Al-Qur'an hanya dari sisi tekstualnya saja dan tidak diimbangi dengan pemahaman kontekstual. Untuk itu, ini akan berdampak pada gerakan-gerakan ekstrim yang bisa merongrong-rong keharmonisan NKRI ini. "Padahal satu ayat saja bisa menghasilkan pemahaman moderat dan non moderat, dan ini tergantung pada keilmuannya masing-masing dalam memberikan penafsiran terhadap Al-Qur'an," terang Ibu Jamilah ditengah kesibukannya.