UIN MALANG-Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) kembali mengadakan Pengajian Rutinan Ketahanan Keluarga. Kajian daring via Zoom minggu ini diberi tema Membina Keluarga Sakinah Berbasis Maqadhid Syariah, Jumat (24/2). Di awal materinya, Prof. Dr. Tutik Hamidah, M.Ag. menyampaikan tentang jodoh yang dapat menjadikan keluarga sakinah. Ia menegaskan bahwa, Allah tidak selalu memberikan apa yang kita inginkan, melainkan apa yang kita butuhkan. Seperti jodoh. Menurut narasumber itu, “Orang yang cocok menurut kita, belum tentu terbaik untuk hidup kita.” Ia melanjutkan, seseorang akan merasa tenang dan mendapatkan sakinah bukan semata-mata karena mendapatkan jodoh. Melainkan, jika seluruh kebutuhannya terpenuhi. Ada beberapa kebutuhan manusia yang harus dipenuhi, antara lain kebutuhan pokok seperti harta dan makanan.
Sesuai dengan temanya, Prof. Tutik menyebutkan maqashid syariah yang masuk kategori daruriyyat yang harus dipenuhi agar hidup tentram. Mereka adalah, hifz nafs, hifz ‘aql, hifz mal, hifz nasl. Keempat hal ini harus dipenuhi secara wajar. Jika berlebihan maka tidak akan membawa manfaat dalam hidup manusia. “Maka perlu adanya hifz din untuk menyeimbangkan keempat hal itu,” jelas Guru Besar Bidang Ilmu Ushul Fiqih tersebut.
Terkait hifz 'aql, Prof. Tutik mengaitkan dengan kewajiban mencari ilmu. Dengan belajar sesuai bidang yang diminati, manusia mendapatkan dua hal, yaitu ilmu dan pahala karena mencari ilmu dinilai ibadah di hadapan Allah SWT. “Kita tahu janji Allah bahwa Ia akan mengangkat derajat kita jika kita mau mencari ilmu,” imbuhnya.
Di akhir materi, Prof. Tutik menjelaskan prinsip-prinsip sakinah, mawaddah, wa rahmah berbasis maqashid. Salah satu prinsipnya ialah keseteraan. Dengan prinsip ini, tidak ada salah satu pihak mendominasi dalam rumah tangga. Semua menjalankan kewajiban dan haknya secara seimbang. Prinsip lainnya ialah kepemimpinan suami dengan syarat tertentu. Prof. Tutik menjelaskan, ayat Quran yang populer digunakan sebagai aturan mutlak laki-laki sebagai pemimpin tidak dimaknai dengan benar. “Ada lanjutan ayat itu yang sering diabaikan,” ia melanjutkan, “artinya, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi agar laki-laki layak dijadikan pemimpin.”
Pusat Studi Gender dan Anak, yang dinakhodai oleh Dr. Istiadah, MA., adalah salah satu Pusat Studi di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang fokus dalam kegiatan bertema gender dan anak. Unit ini hadir secara integratif di kampus untuk mewujudkan pendidikan dan pengajaran yang berperspektif gender. (nd)