HUMAS UIN MALANG-Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang, Prof. Dr. H. M. Zainuddin, MA, hadir langsung dalam forum bergengsi Knowledge Innovation Technology Alliance (KITA) High Level Dialogue yang mengangkat tema “Co-envision Higher Education, Science, and Technology in Alignment with Indonesia’s National Development Priority Agenda.”
Kegiatan yang berlangsung di UiD Kawasan Ekonomi Khusus Kura Kura Bali ini digelar sebagai bagian dari kolaborasi antara Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek), United in Diversity Foundation, SDSN Southeast Asia, dan Tsinghua Southeast Asia Center. Forum tingkat tinggi ini berfokus pada prioritas pembangunan nasional pemerintahan Prabowo-Gibran (2024-2029), dengan tujuan menyelaraskan sektor pendidikan tinggi, sains, dan teknologi demi mendukung transformasi strategis Indonesia.
Prof. Zainuddin mengapresiasi penuh kegiatan yang dihadiri oleh para pemimpin dan pemangku kepentingan utama sektor pendidikan tinggi di Asia Tenggara tersebut. "Acara ini sangat luar biasa. Banyak gagasan strategis yang tercetus, memberikan masukan produktif untuk pemerintahan baru Prabowo-Gibran," ujar Prof. Zainuddin.
Forum ini juga dihadiri oleh Menteri dan Wakil Menteri Kemendiktisaintek, rektor, wakil rektor, serta perwakilan perusahaan dan organisasi internasional yang hadir secara daring maupun luring. Agenda diskusi mencakup penjajakan jalur kolaboratif, promosi pertukaran ide yang konstruktif, konsolidasi praktik terbaik, hingga perumusan rekomendasi kebijakan bagi transformasi pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara.
“Karena menghadirkan para pakar dari dalam dan luar negeri, forum ini sangat strategis. Menteri dan Wakil Menteri Kemendiktisaintek turut menyampaikan visi-misi mereka. Saya yakin, gagasan cemerlang yang muncul di sini akan menjadi modal penting untuk membangun ekologi baru dalam pendidikan tinggi,” jelasnya.
Sebagai perguruan tinggi Islam yang terus berkontribusi dalam peningkatan mutu pendidikan, UIN Maliki Malang siap mendukung penuh upaya transformasi ini. Prof. Zainuddin menegaskan bahwa langkah strategis seperti ini akan membawa dampak signifikan bagi kemajuan pendidikan tinggi di Indonesia.
"Kami sangat mengapresiasi kegiatan ini. UIN Maliki Malang akan terus berkomitmen untuk mendukung langkah-langkah strategis dalam menyelaraskan sektor pendidikan tinggi, sains, dan teknologi. Kegiatan seperti ini sangat penting bagi masa depan pendidikan Indonesia," tutupnya.
Melalui forum KITA High Level Dialogue, harapan besar disematkan pada terciptanya kolaborasi lintas sektor yang mampu menghadirkan solusi inovatif dan relevan. Ekologi baru dalam pendidikan tinggi, sebagaimana diungkapkan oleh Prof. Zainuddin, menjadi langkah konkret menuju penguatan posisi Indonesia dalam percaturan pendidikan global.
Majelis Rektor PTN Indonesia
Topik yang akan dibahas adalah “Kontribusi Perguruan Tinggi Memperkuat Integritas dan Peradaban Bangsa.” Prof. Dr. Ir. Eduart Wolok, ST, MT, Ketua MRPTNI, menyatakan pentingnya peran perguruan tinggi dalam memajukan bangsa melalui pendidikan tinggi yang berbasis pada integritas. “Perguruan tinggi adalah ujung tombak dalam membangun karakter bangsa. Di tengah tantangan global, kita harus terus memperkuat integritas dan moralitas generasi muda agar dapat berkontribusi lebih banyak bagi peradaban bangsa," bebernya.
"Diskusi ini adalah salah satu upaya kami untuk menyatukan visi para pemimpin perguruan tinggi dalam memperkuat nilai-nilai luhur bangsa,” tambah Prof. Ir. Eduart Wolok.
Dalam Festival Kebangsaan tersebut, juga diselenggarakan silaturahmi dan diskusi Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) di Lecture Building Universitas Udayana, yang dihadiri para pimpinan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) se-Indonesia dengan pembicara utama Agus Joko Pramono, Pimpinan KPK terpilih periode 2024-2029 dari unsur akademisi/auditor dengan topik yang dibahas Kontribusi Perguruan Tinggi Memperkuat Integritas dan Peradaban Bangsa.
Ketua MRPTNI Eduart Wolok menjelaskan pentingnya peran perguruan tinggi dalam memajukan bangsa melalui pendidikan tinggi yang berbasis pada integritas. “Perguruan tinggi adalah ujung tombak dalam membangun karakter bangsa. Di tengah tantangan global, kita harus terus memperkuat integritas dan moralitas generasi muda agar dapat berkontribusi lebih banyak bagi peradaban bangsa. Diskusi ini adalah salah satu upaya kami untuk menyatukan visi para pemimpin perguruan tinggi dalam memperkuat nilai-nilai luhur bangsa,” ujarnya.
Menteri Agama Nasaruddin Umar: Religious Diplomacy untuk Dialog Lintas Batas di Bali Interfaith Movement 2024
Menteri Agama Nasaruddin Umar menjadi sorotan dalam Bali Interfaith Movement (BIM) 2024 yang digelar di United in Diversity (UID) Bali Campus. Forum lintas agama ini menjadi ruang diskusi penting untuk memperkuat implementasi Deklarasi Istiqlal 2024 melalui berbagai inisiatif strategis.
Acara ini dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional, termasuk Menteri Agama Periode 2014–2019 Lukman Hakim Saifuddin, Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin, Dirjen Bimas Katolik Suparman, Dirjen Bimas Hindu I Nengah Duija, serta Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Wahid, bersama tokoh-tokoh lintas agama lainnya.
Dalam pidatonya, Nasaruddin Umar mengusung konsep Religious Diplomacy, sebuah pendekatan diplomasi berbasis agama yang menawarkan solusi bagi tantangan global dan hubungan lintas negara. “Kami telah memulai langkah diplomasi berbasis agama atau Religious Diplomacy. Di Masjid Istiqlal, kami secara rutin mengundang para duta besar. Saat ini, ada sekitar 40 duta besar yang sering menghadiri acara kami,” ungkapnya.
Pendekatan ini, lanjut Nasaruddin, mampu melampaui batas formal diplomasi tradisional. “Bahasa agama memiliki kekuatan untuk menyatukan pandangan. Dalam agama, manusia dipandang sebagai satu kesatuan, tanpa perbedaan warna atau identitas lainnya. Inilah yang membuatnya relevan untuk dialog lintas batas,” ujarnya.
Selain membahas diplomasi, Menteri Agama juga menyoroti bagaimana nilai-nilai spiritual dapat menjadi dasar solusi isu-isu besar, seperti pelestarian lingkungan dan keadilan sosial.
“Kita perlu kembali ke akar nilai spiritual untuk membangun solusi bersama. Nilai-nilai ini adalah landasan yang menyatukan kita untuk menciptakan dunia yang lebih baik,” jelasnya.
Nasaruddin menekankan pentingnya kerja nyata yang dilakukan dengan hati. Ia mengajak seluruh peserta untuk memulai perubahan dari langkah kecil. “Mari kita mulai dari apa yang bisa kita lakukan sekarang. Dengan semangat bersama, kita dapat menghadapi tantangan dan menciptakan perubahan,” serunya.
BIM 2024 juga menjadi momen refleksi atas Deklarasi Istiqlal 2024, yang menjadi peta jalan dalam memperkuat harmoni antaragama di Indonesia. Dengan partisipasi tokoh-tokoh lintas agama, forum ini menggarisbawahi pentingnya kerja sama lintas sektoral untuk mewujudkan visi Indonesia yang lebih inklusif dan damai.
Bali Interfaith Movement 2024 tidak hanya menjadi ajang diskusi, tetapi juga inspirasi untuk menciptakan perubahan nyata. Dengan Religious Diplomacy sebagai landasan, forum ini diharapkan mampu menjembatani perbedaan, memperkuat persatuan, dan membawa Indonesia menjadi contoh keberagaman harmonis di dunia.