(Materials of Lectures on the Philosophy of Language for S3 Students,
(Materials of Lectures on the Philosophy of Language for S3 Students,
Lebih-lebih kepada subjek atau informan penelitian, yang telah dengan suka rela menyampaikan banyak informasi kepada peneliti --- dan itu sebenarnya untuk kepentingan peneliti sendiri ---, kehormatan yang bersangkutan dan kemungkinan rahasia informasi yang bersifat personal harus dijaga dan dijamin keselamatannya. Misalnya, jika subjek atau informan meminta identitasnya dirahasiakan, peneliti wajib memenuhinya. Kepada teman dekat sekalipun, seorang peneliti tidak bisa memaksanya menjadi subjek, informan atau responden penelitian jika yang bersangkutan menolaknya. Idealnya, semua yang terlibat dalam penelitian dapat menjalankan aktivitasnya dengan suka rela. Sebab, akan menjadi sebuah petaka jika usai penelitian terjadi keributan, apalagi saling gugat, walau mungkin hasil penelitian tersebut benar. Oleh karena itu, seorang peneliti dituntut kepiawiannya untuk menyampaikan informasi dari hasil penelitian dengan bijak tanpa ada satu pihak pun yang dirugikan. Harus terjadi konsensus atau kesepakatan antara peneliti dan partisipan menyangkut hal-hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dipublikasikan. Dua paragraf pengantar di atas itulah yang dimaksud dengan etika penelitian.
Setiap mengawali perkulihan matakuliah metodologi penelitian, saya selalu berharap agar para mahasiswa memahami materi matakuliah dengan baik sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir, baik skripsi, tesis maupun disertasi dengan baik pula. Penguasaan metodologi penelitian merupakan syarat utama bagi siapa pun yang akan melakukan penelitian. Jika berharap hasil yang baik, belajar metodologi penelitian tidak bisa dilakukan secara asal-asalan. Sayangnya tidak semua mahasiswa menyadari hal itu, sehingga kehadirannya tidak dimaksimalkan untuk menguasai materi, melainkan sekadar memenuhi jam wajib hadir. Jika ini terjadi, siapa pun yang mengajar, berapa lama pun belajar dengan metode apa pun, maka hasil maksimal itu tidak akan pernah tercapai, sehingga waktu perkuliahan hilang begitu saja tanpa membawa manfaat berarti.
Early in the morning, around 8, the 5 October 2013, I already arrived at the international airport of Jakarta. At 13.00 local time of Jakarta, I departed from Soekarno-Hatta International Airport in Jakarta by Saudi Airline together with other pilgrim candidates. I saw some groups of them from several parts of Indonesia with their special wearings. My departure was full with joy and exitement. When the plane to board, my heart was reciting a sentence of talbiyah “Labaik, Allahumma labaik, labaikala syarika lakalabaik. Innal hamda, wa ni’mata, laka wal mulk, la syarikalak”. This is is the sentence recited by every muslim who performs hajj.
Alhamdulillah sehelai lembar tiket PP Jakarta-Jeddah saya peroleh dan saya segera menuju check in counter penerbangan Saudi. Sampai di situ ternyata saya belum aman.Oleh petugas, disampaikan bahwa saya – karena berstatus penumpang waiting list – bisa check in setelah semua penumpang reguler sudah masuk dan dipastikan ada kursi kosong. Saya diminat menunggu hingga pukul 12.00 tepat. Rasa was-was kalau tidak jadi berangkat masih menyelimuti. Saya menunggu detik demi detik dan menit demi menit sambil berdoa semoga Allah memberikan kemudahan memenuhi undangan menuju baitullah kali ini.
TGL
Udara di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta pagi itu sangat cerah ketika saya dan rombongan Menteri Agama RI mendarat dengan maskapai penerbangan Thai Airline, Rabu, 25 September 2013. Pesawat mendarat dengan mulus tepat pukul 11. 00 WIB setelah terbang selama 3 jam dari Bandar Udara Internasional, Bangkok, Thailand, usai mengikuti rangkaian acara Menteri Agama RI, Dr, Suryadharma Ali, memperoleh gelar Doktor Kehormatan (Dr. Honoris Causa) dari The Pricess of Naradhiwas University, Thailand.
Runtuhnya karakter bangsa Indonesia yang mengemuka belakangan ini seperti terlihat pada memudarnya sikap toleran dan menghormati nilai-nilai pluralisme sehingga kekerasan begitu mudah terjadi serta sikap tidak setia pada negara dalam bentuk munculnya gerakan untuk mendirikan negara berlandaskan agama seperti NII ditengarai ada sesuatu yang tidak beres (there is something wrong) dalam praktik penyelenggaraan pendidikan kita, mulai jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Berbagai bentuk anomali sosial dan anarkisme seperti tawuran, perusakan sarana publik, penipuan, pelecehan seksual hingga pembunuhan dan berbagai bentuk penyimpangan moral lainnya menjadi bukti konkret memudarnya nilai-nilai luhur yang selama ini melekat pada bangsa ini.