Perjalanan kami kemarin menuju tempat acara orientasi dan pemantapan Sertifikasi Dosen 2010 di Cisarua mulai 3-5 Mei 2010 cukup melelahkan. Sore itu jalan menuju Puncak dari arah Bogor sangat padat, sehingga sopir taksi menawari kami untuk ambil jalan pintas melalui jalan kampung. Kami setuju saja asal bisa sampai tempat pertemuan tepat pada waktunya. Sesuai undangan kami harus sampai di hotel pukul 13.00 dan pukul 16.00 mengikuti acara pembukaan. Jalan alternatif itu ternyata sempit, berbelok-belok, dan naik turun bukit.
Para pakar bahasa mempercayai bahwa bahasa tidak saja berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan pesan dan berinteraksi sosial, tetapi lebih dari itu bahasa juga merupakan identitas sosial dan kultural. Sebagai identitas yang melekat pada seseorang, bahasa menandai kelas sosial penggunanya. Ada ragam bahasa tertentu pada pengguna bahasa dengan strata sosial tertentu. Semua atribut yang dimiliki seseorang, seperti pangkat, jabatan, kekayaan, status sosial, kepercayaan dan sejenisnya, bisa disembunyikan rapat-rapat, kecuali bahasa. Sebagai realitas simbolik, bahasa menggambarkan dunia batin penggunanya. Lihat saja bagaimana bahasa seseorang tatkala sedang bahagia, susah, kecewa, dan marah.
Hasil Ujian Nasional tingkat Sekolah Menengah Atas, baik SMA/MA/SMK telah diumumkan Senin, 26 April 2010. Banyak pihak terkejut dengan hasil UN 2010. Sebab, dari 1.522.162 siswa secara nasional yang mengikuti UN terdapat 154.079 siswa (9,88 %) yang harus mengulang pada 10-14 Mei 2010. Yang lebih mengagetkan lagi terdapat 267 sekolah, yang terdiri atas 51 sekolah negeri dan 216 sekolah swasta, dari 16. 467 sekolah tingkat atas secara nasional tak satupun siswanya yang lulus UN. Dari 267 sekolah itu terdapat 7. 648 siswa yang harus mengulang bersamaan dengan siswa-siswa lain yang tidak lulus. Angka kelulusan UN tahun ini lebih jelek dibanding dengan angka kelulusan UN 2009. Sekadar perbandingan, angka kelulusan UN 2009 mencapai 95.05 %, sedangkan tahun 2010 mencapai 89. 61 %.
Beberapa waktu lalu ada pertemuan pimpinan PTAIN se-Indonesia di IAIN Sunan Ampel membahas Peraturan Menteri Agama Nomor 36 Tahun 2009 tentang gelar akademik bagi lulusan PTAI. Peraturan Menteri itu mengundang reaksi dari banyak pihak yang merasa dirugikan, terutama Fakultas Syariah dan Ushuluddin, karena gelar bagi lulusan dua fakultas itu diubah. Selama ini Fakultas Syari’ah mengukuhkan alumninya sebagai Sarjana Hukum Islam dengan gelar akademik SHI, sedangkan Fakultas Ushuluddin dengan gelar Sarjana Theologi Islam (STh. I).
File berupa slide microsoft power point, download pada gambar dibawah ini
Dalam perjalanan saya ke Makassar dalam rangka menghadiri pertemuan akademik di UIN Alaudin Makassar, Minggu 18 April 2010, saya diantar taksi menuju hotel tempat menginap. Begitu saya masuk taksi, sang sopir mengenalkan diri. Namanya Rizal.Usianya sekitar 30-tahun, beranak 3, dan lulusan SMA. Orangnya ramah dan cukup hangat melayani penumpang. Sebaliknya, saya juga mengenalkan diri tentang nama, asal, profesi dan tujuan saya ke Makassar.
Salah satu fenomena sangat mencolok sejak era reformasi bergulir di negara kita adalah setiap warga negara merasa berhak terlibat dalam proses politik. Orang menyebutnya sebagai era demokrasi. Dampaknya luar biasa. Masyarakat merasa bebas berpolitik tanpa memperoleh tekanan sebagaimana era sebelumnya yang represif. Hak-hak individu dapat digunakan secara maksimal. Perbedaan pilihan politik menjadi hal yang biasa.
(tulisan ini adalah kelanjutan dari artikel yang berjudul ”Pengembangan Profesionalisme Guru” atau dapat anda lihat di link ini: www.mudjiarahardjo.com)