UIN MALANG-Perhatian terhadap kehalalan suatu produk makin meningkat. Hal ini berimbas pada menjamurnya informasi mengenai kehalalan, terutama melalui media daring. Sayangnya, tidak semua info yang beredar terbukti valid, justru yang hoaks yang sering dipercaya masyarakat. Ini berlaku tidak hanya di Indonesia dengan penduduk yang mayoritas Muslim, di negara lain dengan Muslim minoritas pun mulai menggiatkan informasi mengenai kehalalan produk yang benar dan dibuktikan secara ilmiah. Melihat fenomena tersebut, maka benar isi sambutan Prof. Dr. Agus Maimun dalam rangkaian pembukaan Maliki 1st International Islamic and Science Expo (MIISE) di Aula lt.5 Gedung Rektorat (15-16/11). Ia menyatakan bahwa fenomena halal berlaku juga di konteks internasional. Karena itu, ketika seorang Muslim bepergian ke luar negeri, mereka tidak akan menemukan banyak kesulitan saat ingin makan atau minum. Hampir di setiap negara saat ini sudah memiliki sertifikasi halal yang ditangani oleh komunitas Muslim terpercaya. Beberapa restoran, meski bukan masakan Timur Tengah, telah mencantumkan sertifikasi yang menyatakan bahwa menu-menu mereka terjamin kehalalannya. Ia melanjutkan, globalnya fenomena halal memudahkan UIN Malang sebagai institusi pendidikan yang juga concern terhadap industri halal untuk menjalin banyak partnership dengan lembaga lain, baik itu dengan institusi pendidikan lain, maupun perusahaan. Sebagai Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M), Prof. Agus mengapresiasi perhelatan perdana MIISE. Dengan acara berkonsep pameran ini, akan banyak kerjasama yang dapat terealisasi dalam waktu dekat. “Saya harap, tahun depan akan ada MIISE ke-2,” tuturnya. Begum Fauziyah, Ketua PSIS, menyatakan MIISE merupakan acara berkonsep pameran atau expo. Penggagasnya ialah Pusat Studi Islam dan Sains (PSIS) yang berada dalam naungan LP2M UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Tak hanya sekadar memamerkan produknya, para peserta expo yang berjumlah 50 itu sekaligus berkompetisi untuk memperebutkan reward dari BPJPH (Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal) Indonesia. Ada tiga kategori pameran dalam MIISE perdana ini: product of halal industry, learning media and digital technology on Islamic Values, dan application of digital technology for halal industry. (nd)
UIN MALANG-Fenomena “Produk Halal” yang marak di masyarakat akhir-akhir ini menarik diperbincangkan. Tak hanya menjadi topik obrolan ringan, nyatanya menjamin kehalalan suatu produk perlu proses yang kompleks. Pusat Studi Islam dan Sains (PSIS) UIN Maulana Malik Ibrahim Malang menghelat hajatan akbar Maliki 1st International Islamic and Science Expo untuk mengenalkan produk-produk halal dalam bentuk pameran. Acara yang dilaksanakan dua hari (15-16/11) penuh ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai kehalalan produk di kalangan masyarakat. Saat membuka MIISE, Wakil Rektor Bidang AUPK, Dr. Ilfi Nur Diana menyatakan, jaminan halal suatu produk sebenarnya bukan hanya tanggung jawab BPJPH sebagai lembaga yang berhak mengeluarkan sertifikasi. Lebih dari itu, setidaknya ada tiga kalangan yang memiliki misi untuk mengembangkan industri halal. “Bukan hanya masyarakat atau swasta, namun ada juga pemerintah, dan perguruan tinggi yang bertugas meningkatkan pengetahuan mengenai industri halal,” jelas Ilfi. Ini membuktikan bahwa kehalalan produk bukan concern perorangan, melainkan problem bersama yang harus dikawal agar tidak terabaikan. Ilfi memberikan contoh ketika membeli oleh-oleh di Pulau Dewata, Bali. Beberapa tahun lalu, tidak ada jaminan halal untuk setiap produk yang dijajakan di one-stop shopping terkenal di pulau tersebut. Hal ini membuat masyarakat, terutama Muslim ragu untuk membelinya. Namun, seiring dengan kesadaran akan kehalalan produk di kalangan industri, saat ini, hampir seluruh produk oleh-oleh panganan sudah bersertifikasi dan berlogo halal resmi. UIN Malang, sebagai institusi pendidikan negeri yang mendasarkan seluruh pengajarannya pada ilmu agama Islam, otomatis berperan sebagai agen yang mensosialisasikan dan membantu industri halal. Tak hanya ingin merambah UMKM di sekitar kampus saja, tutur Ilfi, UIN Malang akan melebarkan sayapnya sebagai agen penjamin halal ke seluruh Indonesia dengan menggandeng banyak partner di berbagai daerah. MIISE adalah salah satu cara bagi kampus berlogo Ulul Albab ini untuk menggaet kerjasama dengan instansi dan unit usaha di Indonesia. (nd)
UIN MALANG-Menjelang akhir tahun 2022, banyak hal yang perlu ditelaah kembali, terutama kinerja selama satu tahun. Hal ini berlaku juga bagi para pengurus jurnal ilmiah di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Untuk mengetahui hasil workshop pengelolaan jurnal yang dilaksanakan September lalu, Pusat Publikasi Ilmiah (PPI) di bawah naungan LP2M mengundang seluruh pengelola jurnal dalam Monitoring dan Evaluasi Kinerja Jurnal UIN Malang, Senin (14/11). Menurut M. Anwar Firdausy, Ketua PPI, kali ini pihaknya mengundang seluruh pengelola jurnal tanpa terkecuali. Jika biasanya hanya Editor-in-Chief saja yang diundang, pada pertemuan kali ini, ia ingin agar pengelola lain juga turut hadir, baik itu staf yang mengurus bagian administrasi, maupun editor konten atau bahasa. “Semua personel jurnal harus mengetahui permasalahan jurnalnya masing-masing sehingga bisa didiskusikan bersama permasalahannya,” tutur Dosy, sapaan akrabnya. Kehadiran Rumah Jurnal, lanjutnya, merupakan wadah bagi para pengurus jurnal untuk berkeluh kesah dan diskusi mengenai apa yang dihadapi saat menangani penerbitan jurnal. “Anggap Rumah Jurnal sebagai tempat konseling untuk setiap masalah perjurnalan,” ujarnya.
Dalam kesempatan di siang hari tersebut, Ketua Rumah Jurnal, Rohmani Nur Indah memimpin jalannya Monev. Ia membahas setiap permasalahan yang diajukan pengelola melalui formulir daring sebelum acara dimulai. Menurutnya, serba-serbi mengelola jurnal itu seragam, artinya, hampir semua pengelola mengalaminya. Permasalahan terberat tentu dialami mereka yang baru merintis jurnal serta yang memiliki rangking pemula. Kekurangan naskah, tidak adanya mitra bestari untuk menelaah naskah sebidang, serta kekurangan personel adalah hal yang pasti dialami. Karena itu, Rumah Jurnal didirikan agar menjadi tempat sharing and caring. Setelah berbagi problem, maka seluruh pengelola diharapkan saling memberikan masukan. Sehingga, jurnal-jurnal di UIN Malang nantinya akan maju bersama-sama. (nd)
UIN MALANG-Tak hanya menjadi slogan, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang serius menerapkan integrasi keilmuan yang memang selalu menjadi metode pengajaran di kampus. Untuk membekali dosen-dosen muda di kampus, Pusat Studi Islam dan Sains (PSIS) di bawah naungan LP2M mengadakan Sosialisasi Panduan Integrasi Islam dan Sains di Aula Gedung Micro Teaching lt.3, Senin (14/11). Pada kesempatan tersebut, PSIS juga mengeluarkan panduan integrasi keilmuan dalam bentuk buku berjudul "Falsafah Pendidikan dan Standar Kompetensi Lulusan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang".
Begum Fauziyah, Ketua PSIS menyatakan buku yang disosialisasikan bersama rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini nantinya akan menjadi acuan pembelajaran dengan penerapan integrasi keilmuan. "Untuk itu, PSIS akan mulai mensosialisasikan panduan ini ke setiap fakultas dengan target dosen-dosen muda," jelasnya. Dengan adanya sosialisasi tersebut, diharapkan tidak adalagi staf pengajar yang mengabaikan integrasi ilmu umum dan agama saat mengajar.
Selama ini, masih kata Begum, integrasi keilmuan hanyalah sekadar objek diskusi dan perdebatan. Namun, implementasi nyata di ranah kampus masih minim. Tentu ini sangat miris, apalagi di UIN Malang yang mengangkat integrasi ilmu sebagai landasan keilmuannya. "Buku dan juga sosialisasi ini adalah bukti keseriusan PSIS dalam mendukung visi-misi kampus," papar dosen berkacamata ini.
Sosialisasi ini dihadiri dosen-dosen di UIN Malang serta dekan dan para wakil dekan. Tak hanya ketua PSIS, pembekalan tentang integrasi keilmuan juga diberikan oleh rektor, wakil rektor bidang kerjasama, dan dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan dan ketua LP2M. (nd)
UIN MALANG-Menghadiri Sosialisasi Panduan Integrasi Islam dan Sains yang digagas Pusat Studi Islam dan Sains-LP2M, Rektor Prof. Dr. M. Zainuddin menjelaskan keunikan keilmuan yang dianut UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Senin (14/11). Berbeda dengan UIN lainnya di Indonesia, konsep keilmuan yang diaplikasikan di kampus berlogo Ulul Albab ini adalah integrasi Islam dan sains. Hal ini merujuk pada status UIN Malang sebagai institusi pendidikan tinggi yang berbasis Islam dan berstatus negeri.
Prof. Zain juga menyatakan, integrasi keilmuan ini tak hanya milik dosen pengampu mata kuliah keagamaan saja. Seluruh staf pengajar di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang memiliki beban kewajiban yang sama dalam menyampaikan keilmuan sesuai bidang studi serta sentuhan Islami saat menyampaikan materi pada mahasiswa. Untuk itu, Pusat Studi Islam dan Sains menerbitkan buku berjudul "Falsafah Pendidikan dan Standar Kompetensi Lulusan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang".
Buku tersebut, merupakan manual book yang dibuat untuk menjadi acuan dalam implementasi integrasi keilmuan di lingkungan kampus. Dengan adanya panduan yang jelas, maka seluruh dosen diharapkan dapat mempraktikkan integrasi keilmuan dengan baik dan benar.
Untuk itu, Prof. Zain menegaskan bahwa jangan sampai ada dosen di lingkungan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang tidak memahami konsep Integrasi Ilmu. Acara sosialisasi yang digagas Pusat Studi Islam dan Sains ini diharapkan menjadi wadah pembekalan bagi seluruh dosen, baik itu yang lama dan baru, dalam memantapkan penerapan integrasi ilmu di kelas masing-masing nantinya. (nd)
UIN MALANG-Mengusung beragam tema, International Conference on Engineering, Technology, and Social Sciences (ICONETOS) bisa dibilang cukup komplit. Pasalnya, segala rumpun keilmuan, dari teknik hingga ilmu sosial dibahas dalam konferensi yang diadakan kali ketiga tahun ini, Selasa (1/11). Tema besar tahun ini ialah Toward a Sustainable Future for Interdisciplinary Synergy of Education. Untuk itu, sesuai dengan isi sambutan Kepala LP2M, Prof. Dr. Agus Maimun dan Ketua Panitia ICONETOS 2022, Muhammad Anwar Firdausy, pihak panitia menghadirkan narasumber dari berbagai keilmuan. Dalam sesi awal, ada Prof. Taufik, ilmuwan Indonesia yang berkarya di Negeri Joe Biden dan menjadi salah satu Guru Besar di California Polytechnic State University. Presentasinya yang diberi judul Cultivating Creativities to Promote Innovations: Academic Experiences menitikberatkan pada pendidikan untuk melatih kreativitas SDM di masa mendatang. Untuk itu, ia menyarankan kolaborasi riset antar ilmuwan juga antar institusi dan antar negara untuk membuka peluang yang lebih luas. Selain itu, ada Prof. Peter Charles Taylor dari Murdoch University, Australia. Sesuai dengan konsentrasinya, Prof. Taylor memaparkan transformasi Pendidikan STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, and Mathematics). Pendekatan pembelajaran terpadu ini dinilai dapat memotivasi pencari ilmu untuk berpikir luas dalam menyelesaikan masalah di kehidupan nyata. Di sesi kedua, peserta konferensi bertemu dengan narasumber asal Asia Tenggara. Dr. Ahmad Ginanjar Sya’ban (Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia) memaparkan tentang moderasi beragama yang akhir-akhir ini digencarkan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia. Sumber yang ia pilih pun berasal dari manuskrip ulama Nusantara terdahulu. Ia menunjukkan bahwa, bahkan sejak zaman dahulu, para ulama telah mengajak pentingnya bertoleransi, terutama di negara dengan berbagai agama resmi seperti Indonesia. Selanjutnya ada Prof. Dr. Ibnor Azli Ibrahim dari Brunei Darussalam yang memaparkan Unity in Diversity sebagai peluang untuk Agama Islam. Menurutnya ada banyak ruang dakwah dan komunikasi antar Muslim yang bisa dieksplor lebih dalam. Dengan mengeksplorasinya, maka umat Islam di ASEAN, khususnya, dapat memperkuat posisinya di berbagai sektor. Narasumber berikutnya ialah Prof. Dr. Arndt Graf dari Goethe University Frankfurt. Materinya membahas beragam tantangan serta peluang digitalisasi di Asia Tenggara pasca pandemi Covid-19. Khusus di dunia pendidikan, misalnya, Prof. Graf menyatakan akan banyak kesempatan belajar di kampus-kampus internasional tanpa harus jauh-jauh datang ke negara tujuan. Pasalnya, kursus daring sudah menjamur sejak era pandemi. Maka, kesempatan tersebut harus dimanfaatkan setiap negara untuk mempromosikan kampus-kampusnya melalui laman terpadu. Terakhir, pembicara dari UIN Maulana Malik Ibrahim, yakni Prof. Dr. Roihatul Mutiah yang baru saja dikukuhkan menjadi guru besar tahun ini. Sesuai dengan keahliannya, ia membahas perkembangan kosmetik herbal. Menurutnya, tren kosmetik dari berbagai negara yang masuk ke Indonesia, harusnya dapat dimanfaatkan dengan maksimal oleh pemerintah. Dukungan terhadap industri kosmetik herbal harus digenjot agar kosmetik dalam negeri dapat memiliki daya saing dan daya jual. (nd)
UIN MALANG-Gratifikasi menjadi bahasan trending di berbagai kalangan. Topik bahasan tak hanya berkisar tentang definisi gratifikasi, namun juga bagaimana mengkontrol hal tersebut. Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG) UIN Maulana Malik Ibrahim Malang mengundang dosen-dosen pengampu Mata Kuliah Kewarganegaraan untuk menghadiri Sosialisasi Pengendalian Gratifikasi Menuju Wilayah Bebas Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Ruang Sidang Senat, Gedung Rektorat Lt.4, Jumat (7/10).
Kepala UPG, Dr. Khoirul Hidayah, MH. menyatakan, gratifikasi sangat dekat dengan pekerjaan apapun, termasuk di ranah Pendidikan. Ia tidak ingin budaya ini mengakar di tempat kerja dengan tujuan dan alasan apapun. Gratifikasi sangat mempengaruhi integritas kinerja seseorang. "Tentu kita mau bekerja aman dan selamat. Maka dari itu gratifikasi perlu dikendalikan agar bekerja selalu profesional," tutur Bu Irul, sapaan akrabnya.
Meski baru didirikan 1 April silam, UPG menunjukkan keseriusannya dalam mengemban amanah rektor. Khoirul menyatakan, pihaknya bekerjasama dengan SPI (Satuan Pengawas Internal) universitas untuk memaksimalkan kendali gratifikasi.
Ia menambahkan, bentuk keseriusan UPG ada beberapa hal. Pertama, pihak UPG telah membuka "pintu" bagi siapapun yang ingin melaporkan praktik gratifikasi. Pelaporan ini dapat dilakukan secara daring dengan mengisi formulir yang disediakan. Laporan-laporan ini nantinya akan diperiksa kebenarannya dan akan ditindak sesuai hukum yang berlaku.
Tak hanya itu, Khoirul melanjutkan, pimpinan kampus, khususnya rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang akan mengapresiasi siapa saja yang terbukti bersih dari gratifikasi. "Akan disiapkan penghargaan khusus bagi insan-insan seperti itu," paparnya.
Sosialisasi yang dihelat UPG ini diharapkan dapat mendapatkan hasil yang positif. Ia berharap para dosen dapat memberikan informasi terkait gratifikasi ini kepada para mahasiswa agar kasus tersebut nihil ditemukan di Kampus Ulul Albab. Sosialisasi ini dihadiri oleh Achmad Nasution, Analis Kebijakan di Inspektorat Daerah Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. (nd)
UIN MALANG-Tak hanya mendapatkan informasi mengenai manajemen jurnal, para pengelola yang hadir di workshop yang dihelat Pusat Publikasi Ilmiah, LP2M di Hotel Lereng Bromo (28/9) juga mendapatkan ilmu mengenai Academic Writing. Bahkan, pemateri yang dihadirkan adalah dosen dari San Diego State University, USA, Prof. Grace Cheng. Ia berbagi pengalamannya dalam menulis artikel ilmiah untuk diterbitkan di jurnal dan buku atau antologi. Namun, bagaimana jika kita belum memiliki topik yang akan ditulis? Prof. Grace menyatakan, tidak perlu terburu-buru menulis jika memang belum ada ide yang pasti. Untuk mendapatkan ide tersebut, ia pun menyarankan agar kita memperbanyak referensi dengan membaca artikel-artikel yang sesuai dengan bidang keilmuan, baik itu yang terbit di jurnal ilmiah maupun antologi. Membuat outline draft adalah salah satu yang wajib dilakukan jika ingin mendapatkan ide menulis. Di tahap ini, kita bisa membuat rangkuman dari artikel yang telah dibaca. Poin-poin apa saja yang kita dapat yang dapat men-trigger ide baru untuk ditulis. Namun pastikan bahwa, "The points need to illuminate how your work contributes to the field," tutur alumni University of Hawaii at Manoa, Honolulu ini. (nd)
UIN MALANG-Workshop Manajemen Pengelolaan Jurnal yang dihelat Pusat Publikasi Ilmiah, LP2M di Hotel Lereng Bromo memasuki hari kedua, Rabu (28/9). Para pengelola jurnal yang hadir di acara ini berkesempatan belajar dari Al Khanif, Ph.D., Editor-in- Chief Journal of Southeast Asian Human Rights. Sesi ini, ia khusus berbagi pengalamannya dalam mengelola JSEAHR selama kurang lebih 6 tahun. Mereview artikel tak hanya menjadi hak jajaran mitra bestari, Editor-in-Chief dan redaktur lainnya juga mempunyai hak dalam menyeleksi naskah-naskah yang masuk. Tahap seleksi ini krusial karena juga berpengaruh pada kredibilitas jurnal. Al Khanif menegaskan, seluruh naskah harus sesuai dengan focus and scope yang ditetapkan tim jurnal. Untuk itu, memilih mitra bestari juga penting. Harus dipastikan bahwa mereka yang dipilih adalah yang ahli dan sesuai bidang jurnal. Tak hanya itu, pastikan bahwa mereka dapat diajak bekerjasama sehingga tidak memperlambat proses terbit jurnal. "Tidak semua ahli yang kita pilih adalah full-time reviewer, mereka punya kerjaan lain. Maka beri waktu yang cukup agar hasil review sesuai," jelas dosen Fakultas Hukum di Universitas Jember ini. Sementara itu, di sesi yang lain, para pengelola jurnal juga mendapatkan informasi mengenai tata cara evaluasi dari Ambassador of Directory of Open Access Journal (DOAJ), Ikhwan Arief. Ia diundang karena salah satu output dari workshop tiga hari ini adalah agar para pengelola dapat menyerahkan jurnalnya untuk terindeks di DOAJ. Beberapa hal mendasar harus dipersiapkan oleh pengelola sebelum mulai registrasi. Penamaan jurnal harus sesuai dengan yang tercantum di ISSN, begitu juga dengan konsistensi nama publisher. (nd)