HUMAS UIN MALANG-Setiap tahunnya, ratusan hingga ribuan riset dilakukan oleh para akademisi dan peneliti di instansi-instansi pendidikan di Indonesia. Hasil riset itu kemudian dituliskan dalam bentuk artikel ilmiah dan dipublikasikan di jurnal-jurnal bereputasi nasional, bahkan internasional. Meski berbasis penelitian, sudahkah para peneliti dan akademisi yakin bahwa hasil riset mereka memiliki nilai manfaat bagi publik? Hal ini dibahas oleh Dr. Nur Kafid, S.Th.I., M.Sc. (Kasubdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama) dalam Workshop Penyusunan Pedoman Penelitian, PKM, KKM, dan SOP yang diadakan LP2M UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, di Royal Orchids Garden Hotel, Kota Batu (14-15/8). Di awal pemaparan materi, Kafid menanyakan pertanyaan yang cukup menyentil tersebut. Menurutnya, jika memang peneliti mengklaim bahwa hasil risetnya berdayaguna, “Lalu apa ukuran kebermanfaatan outcome-nya?” Inilah yang perlu dipikirkan dengan matang oleh LP2M sebagai lembaga core yang menjadi penopang universitas. Di bawah naungan LP2M, Pusat Penelitian, Pusat Pengabdian kepada Masyarakat, Pusat Publikasi Ilmiah, dan pusat studi lainnya harus membuat standar ukuran terkait kedayagunaan atau kebermanfaatan hasil-hasil riset di segala bidang, termasuk juga bidang keagamaan. Salah satu indikasi keberhasilan hasil riset, masih kata Nur Kafid, ialah adanya penyelesaian segala isu di tengah masyarakat. “Hasil riset seharusnya meminimalisir persoalan-persoalan sosial,” imbuhnya. Jika ditemukan nilai kebermanfaatannya, maka perguruan tinggi wajib memunculkan hal tersebut sehingga publik tahu bahwa PTKI berkontribusi dalam penyelesaian suatu isu. Dalam kesempatan itu pula, Nur Kafid menyebutkan 9 (sembilan) fokus penelitian yang tertuang dalam Rencana Induk Riset Nasional 2020-2045. Kesembilan fokus itu ialah: a) pangan; b) energi; c) kesehatan obat; d) transportasi; e) produk rekayasa keteknikan; f) pertahanan dan keamanan; g) kemaritiman; h) sosial, humaniora, pendidikan, dan seni budaya; dan i) multidisiplin dan lintas sektoral. Peserta Workshop Penyusunan Pedoman Penelitian, PKM, KKM, dan SOP ialah seluruh ketua pusat studi dan staf di bawah naungan LP2M UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Seluruh pusat studi akan memaparkan dan mendiskusikan pedoman pendukung kinerjanya pada sesi yang berbeda. (nd)
UIN MALANG-Kru LP2M UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (Saizu) Purwokerto melakukan kunjungan ke LP2M UIN Maulana Malik Ibrahim Malang untuk belajar mengenai pengelolaan lembaga, Senin (12/8). Kedatangan mereka disambut oleh Ketua LP2M UIN Malang, Prof. Dr. Agus Maimun, M.Pd. beserta tim di Ruang Rapat Senat, Gedung Rektorat lt. 4. Sesi sharing berjalan santai dan lancar. Prof. Agus menyatakan, pihaknya sangat terbuka jika diminta untuk berbagi keilmuan mengenai pengelolaan LP2M. Prinsip yang ia pegang ialah PTKIN harus maju bersama. "Tidak ada persaingan antar PTKIN di Indonesia. Semua harus unggul bersama," tegasnya. Ia menambahkan, apa saja yang menjadi pertanyaan pihak LP2M UIN Saizu Purwokerto akan ia jawab dengan jelas dan detil. Karena itu, ia pun memaparkan apa saja program kerja yang dilaksanakan LP2M UIN Malang, proker di bawah Pusat-Pusat Studi, termasuk juga daftar jurnal-jurnal ilmiah yang dimiliki UIN Malang yang memang menjadi salah satu fokus LP2M. Ahmad Abtokhi, M.Pd., Sekretaris LP2M UIN Malang, mengatakan bahwa pihaknya memanfaatkan laman daring yang disediakan kampus. Seluruh dokumen resmi terunggah di laman www.lp2m.uin-malang.ac.id. Sebut saja dokumen ortakel (organisasi dan tata kelola), renstra (rencana strategis), arah kebijakan pengabdian dan penelitian, kode etik pengabdian dan penelitian, serta standar mutu internal. "Semuanya komplit dan bisa diakses siapa saja, termasuk SOP dari program-program LP2M. Tidak ada yang kami tutupi," jelasnya. Dalam laman LP2M UIN Malang pula terekam capaian-capaian dan rekapitulasi program kerja. Untuk setiap pusat studi, tersimpan dokumen-dokumen pedoman. Akan tetapi, penyimpanan outcome dari penelitian dan pengabdian terpusat di Repository UIN Malang. Di situ lah terekam sebanyak apa jumlah karya ilmiah sivitas akademik tiap tahunnya. (nd)
UIN MALANG-Faizal Risdianto, Kepala Pusat Publikasi dan Rumah Jurnal UIN Salatiga, hadir ke UIN Maulana Malik Ibrahim Malang atas undangan Pusat Publikasi Ilmiah-LP2M. Ia menjadi pembicara utama pada Workshop Strategi Jitu Menuju Indeksasi Internasional di Ruang Pertemuan Gedung Rektorat lt. 3, Kamis (8/8). Di hadapan seluruh perwakilan pengelola jurnal ilmiah di UIN Malang, ia menilai bahwa sebagian besar, fokus dan cakupannya (focus and scope) terlalu luas. “Ini bisa menghambat jurnal dalam penilaian tim reviewer pengindeks internasional,” jelasnya. Faizal menuturkan, banyak sekali lembaga pengindeks bagi terbitan ilmiah berskala internasional bereputas, seperti Web of Science (WoS), DOAJ, dan Scopus. Namun, dalam pemaparan materinya, ia lebih memfokuskan pada sistem penilaian Scopus. “Karena nampaknya di Indonesia, jurnal terindeks Scopus itu harga mati,” tambah Pria asli Karanganyar, Surakarta ini. Apa pentingnya sebuah jurnal ilmiah terindeks di skala internasional? Menurut Faizal, dengan adanya sistem penilaian yang sangat ketat dalam proses indeksasi, seperti yang dilakukan CSAB (Content Selection and Advisory Board) Scopus, membuat pengelola jurnal ilmiah dimana pun berlomba-lomba meningkatkan mutu jurnalnya. Salah satu yang pasti dilakukan oleh pengelola ialah penyeleksian artikel hasil riset. Tentunya, pengelola akan membuang artikel dengan kualitas jelek, meskipun itu milik teman atau pimpinan instansi sendiri. “Kita harus tegas. Jangan karena tidak berani, akhirnya terpaksa menerima artikel yang tidak sesuai dengan standar jurnal kita,” tegas Dosen Bahasa Inggris tersebut. Beberapa jurnal berkesempatan dinilai langsung oleh Faizal. Menurut perspektifnya, jurnal yang menuliskan banyak poin pada laman focus and scope berpotensi menerima penolakan dari Scopus atau pengindeks lain seperti WoS. “Batasi cakupan jurnal Bapak dan Ibu agar konten artikel yang termuat tidak terkesan sapu jagat, semua ada,” imbuhnya.
Masalah selanjutnya yang dikhawatirkan pengelola jurnal jika mengurangi cakupannya ialah semakin susahnya mendapatkan artikel yang sesuai. Faizal merespon bahwa itu adalah hal yang normal. “Tapi, justru itu sebenarnya memudahkan kita dalam menyeleksi naskah. Proses penerimaan dan penolakan artikel akan semakin cepat karena cakupan kita sudah menyempit,” jelas Bapak yang sedang menempuh studi Program Doktor di Universitas Sebelas Maret, Surakarta ini. Workshop Strategi Jitu Menuju Indeksasi Internasional merupakan kegiatan rutinan setiap tahun yang diadakan Pusat Publikasi Ilmiah dan Rumah Jurnal. Kegiatan ini adalah fasilitas bagi pengelola jurnal ilmiah di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang untuk meningkatkan mutu jurnal. Sehingga, ke depannya, seluruh jurnal di UIN Malang meningkat dibuktikan dengan akreditasi dan indeksasi di skala nasional dan internasional. (nd)
UIN MALANG-Menurut rangking seluruh PTKIN di Indonesia dalam kategori jumlah artikel yang terbit di jurnal terindeks Scopus, posisi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ialah nomor 4. Hal ini, menurut Ketua LP2M, Prof. Dr. Agus Maimun, M.Pd., membanggakan karena sebagai bukti bahwa sivitas akademik di kampus berlogo Ulul Albab sangat produktif secara akademis. Ia bersyukur bahwa jumlah tinggi publikasi ini akan membantu reputasi UIN Malang bertahan sebagai kampus unggul. Ia pun memotivasi seluruh pengelola jurnal yang hadir pada Workshop Strategi Jitu Menuju Indeksasi Internasional di Ruang Pertemuan Gedung Rektorat lt. 3, Kamis (8/8), untuk meningkatkan kualitas jurnal melalui penerimaan artikel yang bermutu, tak hanya dari dalam kampus, namun juga dari akademisi luar UIN Malang. Hingga Agustus 2024, masih kata Prof. Agus, statistik di Repository UIN Malang menunjukkan, sudah ada 741 artikel ilmiah dari sivitas akademik yang terbit di jurnal bereputasi nasional dan internasional. Jumlah yang sangat tinggi mengingat ini belum memasuki akhir tahun. “Tahun 2023 saja ada 2000an artikel yang terbit,” tambahnya. Prof. Agus melanjutkan, tak hanya untuk memenuhi IKU pimpinan UIN Malang, penerbitan artikel ilmiah juga membantu pihak kampus dalam mengembangkan reputasi di kancah internasional. “Artikel yang terbit juga pembuktian bahwa akademisi kita serius terhadap pengembangan kualitas diri,” papar guru besar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan tersebut.
Menilik kualitas jurnal di UIN Malang, sebagai Ketua LP2M, Prof. Agus menilai bahwa progres jurnal tidak mengecewakan. Sudah banyak jurnal yang terakreditasi tinggi di Sinta. Ditambah lagi dengan penambahan 2 jurnal yang terindeks Scopus belum lama ini. Fakta ini menjadi salah satu poin untuk akselerasi kelembagaan. “Karena salah satu indikatornya adalah kampus memiliki jurnal terindeks internasional,” jelasnya. Workshop Strategi Jitu Menuju Indeksasi Internasional digagas Pusat Publikasi Ilmiah-LP2M. Untuk mengevaluasi kualitas jurnal di depan seluruh pengelola jurnal di UIN Malang, pihak PPI mengundang Faizal Risdianto dari UIN Salatiga sebagai salah satu pakar di PTKIN yang fokus pada pengembangan kualitas jurnal. (nd)
UIN MALANG-Program Studi Doktor (S3) Pascasarjana UIN Malang memulai program Pengabdian Masyarakat (PKM) yang fokus pada peningkatan kemampuan penelitian dan publikasi di Fakultas Ekonomi Islam dan Bisnis Universitas Zainul Hasan Probolinggo, Selasa (6/8). Tujuan utamanya adalah meningkatkan keterampilan akademik dan standar penelitian di fakultas melalui serangkaian sesi pendampingan dan pelatihan intensif. Inisiatif ini merupakan bukti dedikasi divisi Pascasarjana UIN Malang untuk memperluas pengaruh positif penelitian dan kegiatan ilmiah di lembaga pendidikan tinggi di seluruh Indonesia. PKM dipimpin oleh Prof. Dr. Nur Asnawi, Ketua Program Doktor (S3) Ekonomi Syari'ah UIN Malang, beserta tim. Peserta diberikan pelatihan mendalam yang diawali dengan visi dan misi riset, prioritas, kualitas dan kuantitas, sumber daya, serta pentingnya berkolaborasi, di samping memiliki peta jalan (roadmap) penelitian yang jelas. Pelatihan ini diharapkan dapat memperkuat kemampuan dosen-dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dalam menghasilkan penelitian yang berkualitas tinggi serta relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan terkini. Selain itu, pendampingan juga memberikan keterampilan praktis dalam penulisan akademik dan publikasi di jurnal nasional dan internasional bereputasi.
Selama pelaksanaan PKM ini, peserta memperoleh kesempatan untuk berdiskusi serta menerapkan pengetahuan yang diperoleh melalui studi kasus yang disimulasikan. Proses ini tidak hanya meningkatkan pemahaman mereka mengenai metodologi riset, namun juga mendapatkan pemahaman bagaimana seharusnya seorang akademisi melakukan kegiatan Tri Dharma dan bisa berkolaborasi, guna meningkatkan kualitas riset mereka. Rektor Universitas Zainul Hasan Probolinggo, Dr. Abdul Azis, BA., M.Ag. mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada tim UIN Malang atas dukungan yang telah diberikan. Ia menilai bahwa PKM ini merupakan langkah strategis dalam meningkatkan mutu riset di fakultasnya dan berharap kerjasama ini dapat terus berlanjut. Begitu juga harapan dari Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, M. Nuntupa, SE., MM. Ia berharap Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang dipimpinnya dapat menghasilkan penelitian yang lebih berdampak dan berkontribusi pada pengembangan Ilmu Ekonomi Syari'ah secara lebih luas.
UIN MALANG-23 perwakilan Balai Latihan Kerja Komunitas (BLKK) dampingan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang merupakan penggerak ekonomi di tengah masyarakat lingkungan pesantren atau lembaga keagamaan. Jalinan kerjasama ini adalah proyek besar pemerintah Indonesia untuk mencari penopang perekonomian rakyat. Hal ini disampaikan Wakil Rektor 4 UIN Malang Dr. Isroqunnajah di Ruang Pertemuan Gedung Rektorat lt. 3, Rabu (7/8). Pesantren, kata WR 4, adalah tempat masyarakat menimba ilmu-ilmu praktis, selain keagamaan, sejak zaman dahulu. Sehingga, para pengurus pesantren dianjurkan memiliki kecakapan dalam berbagai bidang. “Pesantren diharapkan mampu menjadi soko guru bagi masyarakat sekitar, termasuk di bidang Ekonomi,” ujarnya menekankan. Karenanya, pesantren tidak boleh hanya menjadi lembaga formal, namun juga penyokong kerja pemerintah untuk memberdayakan masyarakat. Melihat potensi pesantren, pemerintah merancang proyek kolaborasi antara kampus, kementerian ketenagakerjaan, dan beberapa pesantren/lembaga keagamaan di Indonesia. “Itikad baik pemerintah ini sudah berjalan beberapa tahun dengan mendirikan BLKK di banyak wilayah di nusantara,” papar Gus Is, sapaan akrab WR 4. Sekarang, tinggal tugas BLKK untuk benar-benar memanfaatkan kesempatan ini sesuai kehendak pemerintah.
Lebih lanjut, Gus Is memaparkan bahwa program serupa sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW, pasca hijrah dari Mekkah ke Madinah. Kaum Muslim saat itu pindah tanpa membawa banyak harta benda mereka di tempat asal. Sehingga, jalan satu-satunya yang ditempuh Nabi sebagai pemimpin saat itu ialah memandirikan umat dalam segi ekonomi. Setelah membangun masjid, Nabi SAW tak hanya memfungsikannya sebagai tempat beribadah, tetapi juga sebagai tempat belajar dan mengajar. Ia memfasilitasi siapa saja yang datang dengan niat baik. Lambat laun, program yang digagas pun berkembang sehingga umat Muslim saat itu dapat memiliki kehidupan yang layak di tempat hijrahnya. Terakhir, wakil rektor bidang kerjasama dan pengembangan lembaga itu berpesan agar pemerintah harus lebih memperhatikan komunitas-komunitas yang dekat dengan masyarakat, seperti BLKK. Sehinggam di masa mendatang, komunitas ini akan lebih berkembang dan menjadi salah satu support system unggulan bagi kemandirian bangsa Indonesia. (nd)
UIN Malang-Hari kedua Focus Group Discussion Pendampingan Penguatan Kelembagaan dan Pendaftaran Sipensi Balai Latihan Kerja Komunitas Menjadi Inkubator Wirausaha di Royal Orchids Garden Hotel, para peserta fokus menyiapkan beragam dokumen, Selasa (6/8). Masih dipandu oleh Abdul Hamid Hasan sebagai narasumber, ke-23 perwakilan BLKK Provinsi Jawa Timur, NTB, dan NTT dipandu untuk familiar dengan teknologi Artificial Intelligence (AI). Memanfaatkan produk AI, narasumber membantu peserta untuk menuliskan prompt yang spesifik agar hasil yang didapat lebih matang dan profesional. Pemanfaatan AI ini, kata Coach Hamid, mempercepat kinerja kru BLKK. Hasil yang ada akan beragam sesuai dengan data yang sudah dituliskan masing-masing BLKK saat menuliskan prompt di laman AI. Dokumen-dokumen tersebut nantinya akan diunggah di laman Sipensi. Sipensi adalah sebuah aplikasi daring yang memaparkan informasi tentang lembaga inkubator di Indonesia. Beberapa dokumen yang disiapkan ialah Dokumen Sarana Prasarana, Dokumen Spesialisasi Bidang Usaha, Dokumen Business Model Canvas, SOP, dan Rencana Strategis.
Dokumen mengenai Standard Operating Procedure (SOP) juga dibuat, seperti SOP Pendamping, SOP Kontrak Tenant, SOP Coaching Tenant, dan SOP Exit Tenant. Dengan komplitnya dokumen, maka kinerja BLKK semakin terarah dan fokus. Coach Hamid kembali menekankan, bahwa sesi ini ditujukan agar BLKK tidak lagi menyalin template dokumen tanpa mengetahui kebutuhan di area sekitarnya. Kegiatan need analysis sudah dilakukan di hari sebelumnya, sehingga sesi hari kedua ini adalah pemantapan dari hasil analisis yang sudah ada. “Biar teman-teman tidak terbiasa Copy-Paste dokumen lama yang tidak sesuai dengan BLKK-nya,” jelas Hamid. (nd)
UIN MALANG-Untuk membantu 23 perwakilan BLKK dari Provinsi Jawa Timur, NTB, dan NTT, LP2M UIN Malang mengundang Abdul Hamid Hasan, CEO DigiPreneur Lembaga Edukasi dan Digitalisasi UKM. Pemilihan Hamid sebagai pelatih dalam sesi awal FGD “Pendampingan Penguatan Kelembagaan dan Pendaftaran Sipensi Balai Latihan Kerja Komunitas Menjadi Inkubator Wirausaha” di Royal Orchids Garden Hotel, Kota Batu bukan tanpa alasan. Sejak 2016, ia sudah membimbing beragam UKM untuk mengembangkan usahanya. Kini, ia sudah memiliki sekitar 2000an tenants bimbingan. Mengawali sesinya, ia dan tim mengajak peserta untuk menganalisis bibit-bibit wirausahan di sekitar BLKK-nya. Empat hal yang diminta Hamid untuk dianalisis, yakni pengguna, kebutuhan, insight, dan cara. Meski nampak simpel, ia menyatakan tidak semua bisa dengan teliti menganalisis hal-hal tersebut. Kalaupun sudah, belum mendalam. “Kadang ada analisa yang tidak pas,” imbuhnya. Coach Hamid, sapaan akrabnya menyatakan, cara menganalisis yang biasa diterima oleh BLKK di daerah-daerah adalah template dari pusat. Akhirnya, orang-orang terbiasa menyalin tanpa disesuaikan dengan situasi dan kondisi di area masing-masing. “Akibatnya apa? Analisisnya tidak menyentuh akar. Masalah inti tidak ditemukan,” jelas Pelatih yang khas dengan peci tingginya itu. Dengan hanya menyalin tanpa memikirkan mendalam, lanjut Hamid, proposal yang dihasilkan tidak cocok dengan potensi daerah. Maka, ia pun mengajak peserta untuk menggali insight dengan sangat mendalam. Dibantu Coach Eko, peserta dipaksa untuk mengeluarkan seluruh potensi di daerahnya masing-masing. Setelahnya, peserta akan diminta membuat proposal yang insightful berdasarkan hasil analisis. (nd)
UIN MALANG-Menyambangi FGD “Pendampingan Penguatan Kelembagaan dan Pendaftaran Sipensi Balai Latihan Kerja Komunitas Menjadi Inkubator Wirausaha” di Royal Orchids Garden Hotel, Kota Batu, Widi Wijanarko (Balai Besar Perluasan Kesempatan Kerja Bandung Barat, Kementerian Ketenagakerjaan) turut memberikan sambutan pada salah satu sesi hari pertama, Senin (5/8). Untuk mendukung perkembangan ekonomi Indonesia, program kerja pemerintah tentu sangat bercabang. Maka, pemerintah butuh sokongan dari lembaga-lembaga di sektor ekonomi untuk mewujudkannya. Widi menyampaikan bahwa target atau impian besar pemerintah ialah di sektor kewirausahaan. Wirausaha diharapkan mampu membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran. “Pemerintah menargetkan, 3,8 juta penduduk Indonesia menjadi wirausaha atau berstatus wirausaha,” paparnya. BLKK (Balai Latihan Kerja Komunitas) menurut Widi adalah agen pemerintah dalam penciptaan wirausaha baru di seluruh daerah. Dengan adanya BLKK di setiap daerah, bahkan area terpencil, pencarian bibit wirausaha bisa ditemukan, dan dikembangkan. Widi melanjutkan, kerjasama pihaknya dengan institusi pendidikan seperti UIN Maulana Malik Ibrahim Malang tentu beralasan. Ia ingin menjadi jembatan bagi BLKK di area-area kecil dalam mencari lembaga yang bisa diajak bekerjasama. “Saya mau, setelah ini, BLKK yang ada di sini menyambung kerjasama dengan UIN Malang,” ia melanjutkan, “Bisa dalam bentuk pengiriman mahasiswa KKM ke area BLKK atau dalam bentuk lainnya. Sehingga, nantinya BLKK Bapak/Ibu terekspos dunia luar, dibantu promosinya melalui media pendidikan.” Focus Group Discussion (FGD) ini difasilitasi oleh LP2M UIN Malang sebagai tindak lanjut kerjasama kampus dengan Balai Besar Perluasan Kesempatan Kerja, Kementerian Ketenagakerjaan. Peserta FGD ialah 23 perwakilan BLKK dari Provinsi Jawa Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. (nd)