From its term, sociolinguistics is derived from two different disciplines:
(Tulisan ke 1)
Sambil setengah tidur, dengan kepala saya sandarkan di jendela pesawat, saya mendengarkan obrolan seorang penumpang perempuan yang duduk tepat di belakang saya. Dia mengobrol dengan temannya yang ada di belakangnya dalam bahasa Jawa dicampur dengan bahasa Indonesia. Saya mendengar obrolan mereka dengan sangat jelas. Saya tidak tahu apakah mereka berdua berteman sejak lama, atau baru saja kenal di pesawat itu. Tetapi dari nada bicaranya, tampaknya mereka sudah berteman lama. “Aku wis gak mbalik maneh. Wis cukup. Moso urip dadi babu terus”, begitu obrolan awal yang saya dengar. Maksudnya “Saya sudah tidak akan kembali lagi. Sudah cukup. Masa hidup menjadi pembantu rumah tangga terus menerus”.
Di perempatan jalan protokol di salah satu ibu kota provinsi, saya terjebak kemacetan lalu lintas hampir dua jam, sehingga terlambat menghadiri rapat yang menurut jadwal dimulai pukul 13. 00 WIB. Karena kemacetan itu, saya baru bisa mencapai tempat rapat pukul 15. 30, terlambat hampir 2, 5 jam. Untungnya ketika saya datang rapat belum selesai, dan panitia bisa memaklumi keterlambatan saya. Ketika saya menuju meja panitia, beberapa staf yang menunggu tamu langsung berucap “kena macet ya pak?” dan saya pun mengangguknya. “Itu pemandangan kita sehari-hari pak di sini. Jadi bapak tenang saja. Tadi juga banyak yang terlambat datang kok”, sahut staf yang lain. Hati saya menjadi tenang dengan sambutan panitia penerima tamu yang mengerti persoalan saya sore itu. Padahal, sebelumnya saya sempat panik, karena saya tidak terbiasa terlambat di setiap pertemuan yang mengundang saya. Saya selalu berusaha datang tepat waktu, termasuk waktu mengajar, sekaligus untuk belajar mendisiplinkan diri dalam hal waktu.
Sebenarnya studi tentang bahasa, termasuk tentang asal usul bahasa atau glottogony sudah lama dilakukan para ilmuwan, seperti sosiolog, psikolog, antropolog, filsuf, bahkan teolog. Tetapi karena pusat perhatian para ilmuwan tersebut berbeda-beda, maka tidak diperoleh pengetahuan yang memadai tentang asal usul bahasa. Yang diperoleh justru pengetahuan tentang cabang-cabang ilmu bahasa, seperti sosiolinguistik, psikolinguistik, antropolinguistik, etnolinguistik, geolinguistik, biolinguistik, filsafat bahasa dan sebagainya. Seolah tak mau ketinggalan dengan para ahli sebelumnya, belakangan para neurolog dan geolog juga mengkaji bahasa, sehingga muncul ilmu neurolinguistik dan geolinguistik. Belakangan para ahli komunikasi juga menjadikan bahasa sebagai pusat kajian. Secara mikro, lahir ilmu seperti fonologi, morfologi, sintak, semantik, gramatika, semiotika dan sebagainya. Tidak mengherankan jika bahasa akhirnya menjadi bahan kajian para ilmuwan dari berbagai disiplin. Ini sekaligus membuktikan bahwa bahasa menjadi demikian penting dalam kehidupan manusia. Tidak berlebihan jika seorang filsuf hermeneutika kenamaan Gadamer mengatakan bahwa bahasa adalah pusat memahami dan pemahaman manusia. Sebab, melalui bahasa akan diketahui pola pikir, sistematika berpikir, kekayaan gagasan, kecerdasan, dan kondisi sosiologis serta psikologis seseorang. Namun demikian asal usul bahasa atau sejarah bahasa tetap obscure dan studi tentang asal usul bahasa tidak sesemarak bidang-bidang kebahasaan yang lain. Mengapa? Jawabnya sederhana dan spekulatif. Sebab, tidak terdapat bukti ilmiah yang cukup untuk menyimpulkan kapan dan di mana sejatinya pertama kali bahasa digunakan oleh manusia, siapa yang memulai dan bagaimana pula memulainya.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research merupakan kegiatan penelitian yang secara khusus dirancang oleh guru atau praktisi pendidikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran atau perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas. Dengan demikian, dalam PTK guru berperan ganda; di satu sisi dia sendiri ialah peneliti yang ingin mengetahui persoalan pembelajaran di kelasnya dan untuk memperoleh jawaban ilmiah terhadap persoalan tersebut yang bermanfaat bagi praktik pembelajaran, tetapi di sisi yang lain dia adalah pendidik yang bertugas mengajarkan materi ajar ke para siswa sebagaimana layaknya tugas sebagai pendidik.
Di tengah hujan lebat itu, tiba-tiba datang seorang pemuda mengendarai sepeda motor dengan mengenakan jaket kulit dan kepalanya tertutup helem. Sekujur badannya basah kuyup kena air hujan. Sepeda motornya ditaruh di tempat parkir. Setelah memarkir sepedanya, pemuda itu berlari masuk ke teras masjid. Saya senang karena mendapat teman di masjid itu. Saya segera menyapanya namanya siapa, dari mana dan sedang melakukan apa. Dengan ramah pemuda itu menyebutkan namanya Setiyo, berasal dari sebuah kampung kira-kira jaraknya 19 km dari masjid itu, dan sedang berjualan makanan cilok.
Bahasa dipelajari atau dikaji oleh disiplin ilmu yang disebut linguistik atau ilmu bahasa. Seperti halnya disiplin-displin yang lain, linguistik juga memiliki tiga pilar penyangga, yakni