Daftar Penulis: Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M. Si
Minggu, 17 Mei 2015 . in Rektor . 3707 views
Pada 1 hingga 3 April 2015 saya berada di Singapura untuk mengunjungi sebuah lembaga pendidikan Islam, namanya Al Irsyad. Saya berangkat bersama dengan teman-teman dari Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Kunjungan ini terkait dengan kerjasama antara Pascasarjana UIN Maliki Malang dengan salah satu lembaga pendidikan Islam di negara pulau itu. Misi kunjungan kami kali ini adalah untuk melanjutkan kerjasama yang sudah dijalin sejak 2011. Buah dari kerjasama itu ialah kesepakatan di antara kedua belah pihak untuk saling memanfaatkan potensi yang dimiliki. Beberapa kali para dosen bahasa Arab UIN Malang memberi pelatihan kepada para guru agama dan bahasa Arab di Singapura.
Lebih Lanjut »
Senin, 11 Mei 2015 . in Rektor . 3814 views
Namanya pendek, Amin. Usianya sekitar 36 tahun. Hidup dengan seorang istri dan tiga anak, semuanya laki-laki. Mereka berlima tingal di sebuah rumah sangat sederhana berdinding bambu dengan perabot ala kadarnya. Rumahnya menghadap ke jalan raya. Masyarakat sekitar memanggilnya Mas Amin. Generasi di bawah usianya memanggilnya Kang Amin. Orangnya berbadan sedang, berkulit gelap, dengan rambut dipotong rapi, dan ramah terhadap siapapun. Selain itu, Amin itu rajin beribadah.
Lebih Lanjut »
Senin, 4 Mei 2015 . in Rektor . 2445 views
Senin, 16 Maret 2015, saya mendapat undangan dari pengelola TV Universitas Brawijaya (UB TV) untuk menjadi nara sumber bedah buku ditulis oleh Dr. Jazim Hamidi, M.Hum dengan judul “Hermeneutika Hukum: Sejarah- Filsafat & Metode Tafsir”. Acara dimulai pukul 14.30 WIB dan berakhir pukul 16.00 WIB. Buku itu sebagian dari isi disertasi Jazim Hamidi yang menyelesaikan program doktor di Universitas Pajajaran Bandung. Saya diundang karena penulis buku itu tahu bahwa saya pernah menulis disertasi tentang hermeneutika juga, tepatnya tentang relasi antara bahasa dan kuasa dalam perspektif hermeneutika.
Lebih Lanjut »
Senin, 27 April 2015 . in Rektor . 12390 views
Setiap orangtua, apapun status sosial dan profesinya, selalu ingin anaknya sukses dalam kehidupan. Banyak orangtua melakukan berbagai upaya untuk menggapai kesuksesan anaknya. Terkait itu, ada kisah menarik yang bisa dijadikan tauladan. Seorang tukang bangunan di kampung tempat saya tinggal dengan susah payah menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi dengan mengambil program studi teknik sipil. Orangtua itu berharap kelak anaknya bisa hidup sejahtera, tidak seperti dia yang bekerja bermodal otot dan bermandikan keringat dengan upah harian tidak seberapa. Kebetulan anaknya memiliki prestasi akademik baik sejak pendidikan dasar. Para gurunya juga mendorong agar dia dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi (kuliah), entah bagaimana caranya karena prestasi akademik di SMA baik. Sayang jika sekolahnya tidak diteruskan.
Lebih Lanjut »
Senin, 20 April 2015 . in Rektor . 7774 views
Hidup sukses, bahagia, sejahtera, kaya, dan terhormat adalah hak setiap orang. Siapapun boleh dan berhak memiliki keinginan seperti itu. Tetapi kenyataannya jika kita menengok ke kanan dan kiri kita, apa yang kita temukan?. Kita menemukan bahwa jumlah orang gagal lebih banyak daripada jumlah yang berhasil. Hidup ini memang bagaikan piramida. Di ujung paling atas adalah gambaran orang-orang berhasil yang jumlahnya sangat sedikit, bahkan jauh lebih sedikit daripada yang gagal. Semakin ke bawah semakin besar. Yang sedikit itu sering menentukan nasib orang-orang di bawahnya. Mengapa itu terjadi? Tulisan ini mengupasnya berangkat dari pengalaman empirik.
Lebih Lanjut »
Jumat, 17 April 2015 . in Rektor . 20282 views
“Noto ati, itu penting sekali dalam hidup sekarang ini. Memang itu berat, dan tidak semua orang sanggup. Tapi itu harus dilakukan, lebih-lebih bagi seorang pemimpin. Jika tidak sanggup noto ati, oh sangat berat menjadi pemimpin saat ini”, begitu cuplikan wejangan senior saya, yang tidak lain adalah rektor pendahulu saya, yang hampir sepanjang hidupnya mengabdikan diri untuk mengurus pendidikan dan lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan. Saya perhatikan nasihat itu sambil merenungkan maknanya. Secara konseptual, “noto ati” itu sendiri apa? “Noto ati” atau menata hati, adalah istilah dalam bahasa Jawa yang artinya kesanggupan atau kemampuan seseorang untuk berlapang dada dan dapat menerima orang lain dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya. Karena itu, inti “noto ati” adalah sabar. Noto ati memang hanya terdiri dari dua kosakata, yakni noto dan ati. Tetapi untuk melakukannya tidak mudah.
Lebih Lanjut »
Senin, 13 April 2015 . in Rektor . 5192 views
Pagi itu, Sabtu, 27 Desember 2014, saya meluncur ke Kesamben, sebuah wilayah Kecamatan di Kabupaten Blitar, memenuhi undangan teman untuk menjadi salah seorang narasumber seminar internasional tentang pendidikan. Selain saya, ada 2 orang nara sumber dari Malaysia dan ada satu lagi seorang guru besar ITS, tetapi hadir mewakili PP.Muhammadiyah. Saya datang agak terlambat beberapa menit dari waktu yang ditentukan, karena jarak antara rumah saya menuju Kesamben cukup jauh. Untungnya, seminar belum dimulai. Rupanya untuk memulainya, panitia masih menunggu saya agar semua narasumber yang berjumlah 4 orang sudah hadir semua. Kami berkumpul di sebuah ruang kantor SD Muhammadiyah. Jam menujukkan pukul 09.30 ketika panitia memberi tahu kami bahwa seminar akan segera dimulai.
Lebih Lanjut »
Kamis, 9 April 2015 . in Rektor . 2257 views
Lebih Lanjut »
Senin, 6 April 2015 . in Rektor . 7682 views
Tulisan ini saya awali dengan pertanyaan “Jika mendengar kata ‘desa’, apa yang terlintas di benak anda?”. Kata ‘desa’ sering diidentikkan dengan kemiskinan, keterbelakangan, ketertinggalan, kebodohan, umumnya warganya bekerja sebagai petani, berpendidikan rendah, sarana dan prasarana publik minim, dan sebagainya. Tetapi Itu kondisi desa tempo dulu. Rasanya sekarang tidak lagi relevan menggambarkan desa seperti itu. Sebab, saat ini banyak kemajuan yang bisa kita saksikan di desa dengan sarana dan fasilitas publik menyerupai daerah perkotaan.
Lebih Lanjut »