Siang itu saya sedang di rumah sambil menunggu tamu yang datang untuk bersilaturrahim di hari raya Idul Fitri 1436 H. Beberapa kawan dekat telah datang usai sholat Ied, walau saya tidak dapat menemui mereka karena saya masih dalam perjalanan pulang dari sholat Ied di luar kota. Kebetulan di rumah ada istri dan anak-anak, sehingga para tamu bisa ditemui walau tanpa saya.
Setiap bulan Ramadhan tiba sejak beberapa tahun terakhir di Indonesia ada fenomena sosial menarik yang patut kita perhatikan, yakni acara buka bersama di kalangan kaum muslimin. Acaranya ada yang digelar di rumah keluarga, di rumah-rumah makan, atau di kantor. Sebagaimana umat muslim lainnya, saya juga sering menerima undangan untuk menghadiri acara buka bersama, walaupun saya tidak selalu bisa hadir karena ada kegiatan pada saat yang sama. Tentu saja ada yang merasa kecewa karena saya tidak dapat memenuhi undangan mereka. Sebaliknya ada yang terkejut dengan kedatangan saya, karena semula menyangka saya tidak mungkin bisa datang karena kesibukan saya akhir-akhir ini yang lumayan padat. Kepada yang tidak bisa saya hadiri saya selalu minta maaf dan menyampaikan alasan ketidakhadiran saya.
Saya menyambut datangnya Ramadhan 1436 H ini dengan rasa syukur yang amat dalam karena beberapa alasan. Pertama, setidaknya salah satu doa saya akhir Ramadhan tahun lalu telah dikabulkan Allah. Sebab, saat itu saya berdoa untuk dua hal, yaitu semoga Allah menerima semua amal ibadah saya selama bulan Ramadhan, mulai dari puasa, sholat-sholat wajib dan sunnah (tarawih), tadarus, hingga shodaqoh dan lain-lain. Doa yang kedua adalah semoga saya dipertemukan kembali dengan Ramadhan tahun berikutnya, yakni Ramadhan 1436 H ini.
Pada 15 Juni 2015 saya memperoleh undangan dari pemerintah Sudan untuk menghadiri acara peringatan 100 tahun Ahmad Surkati berkiprah di Indonesia dengan mendirikan Organisasi Massa (Ormas) Islam yang diberi nama Al-Irsyad pada 6 September 1914. Menurut dokumen resmi, pendirian organisasi tersebut dikeluarkan pemerintah kolonial Belanda pada 11 Agustus 1915. Ahmad Surkati adalah ulama besar Makkah berasal dari Sudan. Pada mulanya dia datang ke Indonesia atas undangan orang-orang Indonesia keturunan Arab.
Saya sering menerima undangan perayaan atau pesta hari ulang tahun dari kolega atau pejabat. Ada yang bisa saya hadiri, dan ada pula yang gagal karena waktu bersamaan dengan kegiatan lain yang tidak bisa saya tinggalkan. Suatu kali saya menghadiri perayaan ulang tahun seorang kawan, yang kebetulan menjadi pejabat negara, karena ada waktu longgar. Saya sengaja datang bersama istri, sambil melihat apa saja yang dilakukan di acara tersebut dan apa maknanya. Maklum, saya sendiri belum pernah sekalipun merayakan ulang tahun hari kelahiran. Maklum saya orang desa, dan tidak mengenal hajatan semacam itu. Tetapi yang saya tahu orangtua saya sering mengadakan selamatan kecil-kecilan dengan mengundang tetangga kanan kiri rumah, kurang lebih sepuluh orang saja, untuk berdoa di setiap hari kelahiran saya.
Hanya dalam hitungan jam, insya Allah kita akan bertemu kembali bulan penuh rahmat, yakni bulan Ramadhan. Tidak ada bulan yang Allah melimpahkan rahmat sedemikian besar dan jauh melebihi bulan-bulan lain kecuali Ramadhan. Mengapa Ramadhan menjadi bulan yang begitu istimewa? Salah sebabnya ialah karena pada bulan pada bulan itu Allah menurunkan Al-Qur’an yang kelak menjadi petunjuk bagi umat manusia, sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Baqarah sebagai berikut:
Pagi itu udara di ibukota Kalimantan Tengah, Palangkaraya, sangat cerah. Angin bertiup sejuk. Saya lihat jam di dinding kamar hotel tempat saya menginap menujukkan angka 4.15. Dari jauh terdengar suara sayup-sayup adzan. Saya bergegas menuju kamar mandi untuk berwudhu dan menuju masjid tempat adzan itu berkumandang. Keluar dari hotel, saya menoleh ke kanan dan kiri mencari suara adzan itu. Saya bertanya kepada petugas keamanan hotel (satpam) di mana masjid terdekat yang mengumandangkan suara adzan itu. Satpam itu menunjukkan saya berjalan ke arah kanan dengan jarak kurang lebih 1 km saya sampai di masjid.
Pada 19 hingga 22 Mei 2015 saya mengikuti acara Rapat Kerja Nasional Kementerian Agama RI Tahun 2015 di hotel Mercure, Jakarta. Rapat yang dibuka secara resmi oleh Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, dengan tema “Menghadirkan Pelayanan Masyarakat Berbasis Lima Nilai Budaya Kerja” diikuti oleh semua pejabat eselon 1 dan 2 Kemenag pusat, semua Rektor dan Ketua Perguruan Tinggi Keagamaan se-Indonesia, semua Kakanwil Kemenag dan kepala Balai Diklat, staf khusus dan staf ahli Menteri Agama.
“Yang terdekat ialah kematian